Kamis, 18 Februari 2010

Diposting oleh iqbal

A, pendahuluan
Terdapat sekelompok yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peradapan besar islam, dan menilai perbuatan manusia secara lahiriah dan dari lapisan luarnya, tanpa peduli terhadap peran penting tujuan dan niat pelakunya. Secara istilah di nyatakan bahwa Banyaknya pertanyaan inilah yang menyebabkan manusia befikir akan dirinya, akan keberadaannya, akan kelangsungan hidupnya, dan akan segala keinginannya. Proses berfikir inilah kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan, yang dipergunakan sebagai alat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena bagaimanapun juga faktor utama yang paling diperlukan manusia adalah kehidupan.
Oleh sebab itulah maka semakin berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai akibat dari makin berkembangnya tantangan yang dihadapi, membawa manusia makin kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan segala peluang yang ada dalam mengatasi segala kekurangan dan kelemahannya dalam upaya mempertahankan hidupnya yang berdampak pula pada munculnya keinginan memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Akibat semakin banyaknya keinginan manusia untuk memenuhi tuntutan kebutuhannya, memaksa manusia satu dengan yang lain bersepakat mengikatkan diri bekerjasama untuk saling memenuhi kekurangannya. Proses kerjasama  secara turun temurun  inilah  yang berkembang menjadi budaya.

LATAR BELAKANG
Dalam menulis jawaban ujian akhir ini penulis mempunyai tujuan yang penting yaitu; karena setiapm muslim dalam menjaga Pendidikan ilmu budaya sebagai sebuah sarana perubahan ke arah yang positif dalam diri manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan perubahan tatanan sosial dan peradaban di dalam kehidupan masyarakat. Dalam usaha menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang sehat dan dinamis, maka peran insan yang sempurna sangatlah penting . Sadar akan pentingmya peran insan yang sempurna karena menjadi tolok ukur atas kemajuan pemikiran dan peradaban dalam suatu masyarakat.maka penukis akan menjabarkan pengertian, kedudukan atau juga hal-hal yang bersangkutan dengan manusia sempurna.
TUJUAN
Penulis mempunyai tujuan bahwa ditulisnya tentang manusia sempurna ini supaya terciptanya kader-kader manusia sempurna, dengan begitu ketentraman di negeri ini pasti terjamin, dan penulis tanpa basa-basi lagi yang penting pula supaya ini berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
MANFAAT
Begitu banyak manfaat yang dapat saya ambil dari penulisan jawaban ini, karena masih ada kemungkinan menjadi insan yang sempurna, namun ternyata untuk menjadi insan sempurna sangatlah perlu dibutuhkan pengorbanan dan usaha yang sangat maksimal, karena untuk menjadi mnusia yang sempurna tidak semudah membalikan tangan ini. Dan semoga para pembaca tahu pentingnya mencetak kader-kader manusia sempurna melalui pendidikan di sekolah-sekolah contohnya di STAIMI ini.
B. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Kajian Tentang Manusia
A.Hakikat manusia dalam persepektif budaya
Kesempurnan Hakiki Manusia
Dalam perbandingan pohon apel dengan pohon yang pada kodratnya memang tidak berbuah , jelas bahwa pohon apel itu lebih bernilai dan lebih berarti ketimbang pohon kedua. Kejelasan ini tampak tidak hanya karena manusia telah mendapatkan banyak manfaat dari buah tersebut, tetapi karena pohon apel itu sendiri memiliki wujud yang lebih sempurna , dan memiliki pengaruh wujud yang lebih banyak. Namun tatkala pohon apel itu tercemari dan menyimpang dari garis kesempurnaan dan perkembangannya, ia akan kehilangan nilainya dan barang kali ia menjadi penyebap pencemaran dan kerusakan bagi pohon-pohon yang lain.
Perihal pohon apel dan pohon-pohon di atas ini dapat mendekatkn perbandingan posisi manusia dan seluruh mahluk hidup ketika manusia sampai kepada kesempurnaan yang semestinya dan Nampak pengaruh pengaruh wujudnya yang sesuai dengan fitrahnya, ia akan lebih bernilai di atas seluruh mahluki hidup lainnya. Akan tetapi jika ia terkena berbagaj penyakit dan penyelewengan boleh jadi ia malah leabih hina dan lebih berbahaya ketimbang seluruh mahluk hidup . Alquran telah menjelaskan bahwa sebagian manusia lebih busuk dari pada seluruh hewan yang ada dan lebih hina ketimbang binatng ternak.
Inilah salah satu sisi. Dari sisi lain, 0rang yang perduli pada pohon apel pada masa-masa berbuahnya saja, manyangka bahwa masa-masa itu tidak lain adalah puncak keasempurnaannya. Juga demikian, orang-orang yang hanya melihat kesempurnaan menengah manusia , tidak akan memahami dan mencapai puncak kesempurnaan hakiki dirinya, karena mereka tidak mengetahui nilai hakikat manusia yang sesungguhnya.
Maka itu, kesempurnan hakiki manusia hanya akan di capai oleh seorang yang mengenalnya. Hanya masalahnya , kesempurnaan hakiki itu tidak semacam kesempurnan fisikal, karena sebagai mana telah di jelaskan tadi, bahwa hakikat manusia terkait erat dengan ruhnya, dan bahwa proses kesempurnaan seorang sebenarnya merupakan penyempurnaan ruh itu sendiri yang di jalaniu melalui kesungguhan dan amal usaha bebasnya, apakah itu amal batin haati atau amal lahiriah badan 1.
Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah Telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.(QS, al-Lukman : 20
Secara hakikat manusia dibagi menjadi dua, yaitu hakikat raga dan hakikat jiwa. Raga manusia memiliki banyak kesamaan dengan makhluk hidup yang lain, yaitu unsur fisik amupun kimiawi. Raga manusia dituntut untuk tumbuh dan berkembang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.  Seorang bayi mengalami proses penyempurnaan diri, mulai dari ketidakmampuan menggenggam sampai dengan kemampuan memasukkan makanan kedalam mulutnya. Hal ini menandakan ada proses perkembangan bagian tangan untuk menunjang gerak motorik si bayi.
Tetapi gerakan si bayi tidaklah semata-mata hanya karena unsur ragawi saja, masih ada unsur yang lain yaitu kehendak/ nafsu. Dalam hal ia menginginkan sesuatu maka unsur kehendaklah yang akan mengkontrol gerakan ragawi manusia. Unsur kehendak berasal dari jiwa manusia. Dalam hal ini jiwa dapat dikatakan sebagai sumber kekuatan  yang terdiri dari akal , rasa dan kehendak.
Sigmund Freud dalam teori psikoanalisnya, membagi manusia menjadi tiga sudut kepribadian, yaitu:
a.Id (alam bawah sadar), yaitu dorongan/hasrat libido sebagai ciri alami manusia, yaitu ingin memperoleh kepuasan instingtual libidinal baik langsung maupun dalam khayalannya.
b.Ego (alam sadar) adalah terciptanya suatu kesadaran internal dari diri manusia untuk mengkontrol tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan lingkungan.
c.Super ego, adalah struktur kepribadian akhir yang terbentuk akibat pengaruh lingkungan eksternal dan merupakan kesatuan standar-standar moral yang telah diterima oleh ego. Sehingga ditingkat ini manusia telah memiliki kaidah nilai etika terhadap objek yang ada dalam lingkungan.
Dari sudut perasaan, manusia memiliki dua macam perasaan, yaitu indrawi dan rohani. Perasaan indrawi adalah rangsangan jasmani melalui panca indra, sedangkan rangsangan rohani adalah merupakan perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia, misalnya : perasaan intelektual, etis, estetika, perasaan diri, perasaan sosial, dan perasaan religious
B.Hakikat Manusia Dalam Persepektif Islam
.Manusia dalam firman Allah SWT yang berbunyi :
1.         
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.(Q.S Al-Bayyinah .7 )
Dalam firman-Nya (Qs Al-Tin)
      
4. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
Dan manusia yang hakiki serta sempurna adalah yang dapat mengaktualisasikan potensinya, yakni dengan bersifat dengan sifat –sifat ilahiah dan akhlak mulia. Manusia yang tidak merealisasikan dan tidak mengaktualkan potensi ilahiahnya , maka ia mulai mengenakan “pakaian” kebinatangan . Dan dalam definisi logisnya , manusia adalah binatang yang bernalar. Maka, ketika tidak terjadi aktualisasi sifat-sifat ilahiah, ia hanya memiliki sifat-sifat kebinatanganya saja. Sebagaimana dinyatakan dalam salah satu khotbah ImamAli bin Abi Talib dalam nahjul balaghah-nya ,”Adapun bentuknya adalah manusia, akan tetapi hatinya adalah hati binatang.
Tatkala manusia menjadi sebuah objek pembahasan dan pembicaraan, maka ia dapat di tinjau dari berbagai sudut pandang yang beragam. Di saat islam berbicara tentang manusia, ia selalu melihatnya dari dua sisi dimensi; materil dan imateril nya .namun ini bukan berarti islam mengabaikan sisi ke-‘materi’-an manusia .kala melihat manusia dari sudut kematerianya, kajian islam tentang seputar peran manusi di alam dunia, mencakup baik aspek individu maupun sosialnya. Kajian tentang ‘kota ideal dan harapan ‘, yang merupakan mimpi dari setiap insan yang berakal, adalah kajian tentang kematerian manusia.Maksudnya manusia yang terikat oleh batasan-batasan ruang dan waktu serta bermasyarakat. Tapi tidak boleh dilupakan bahwa pembangunan kota ideal dan harapan’ membutuhkan dan “meminjam” sisi immaterial manusia dengan kata lain manusia memiliki kekuatan yang cukup besar, yaitu akal teoritis dan praktis. Dengan dua kekuatan itu , ‘kkota ideal dan harapan ‘ akan terbentuk. Akal teoritis adalah kekuatan yang terdapat di dalam diri manusia yang memiliki peranan untuk mengetahui apa yang semestinya di ketahui dari keberadan dan tidak memiliki hubungan dengan sikap dan prilaklu ,dan itu bersandarkan pada hal-hal yang aksiomatik ataupun diskursif yang merujuk kepada aksiomatik. Adapun akal praktis adalah suatu kekuatan yang terdapat pada diri manusia yang memiliki peranan untuk mengetahui proposisi-proposisi yang berhubunga dengan amal;apa yang semestinya di lakukan dan tidak di lakukan, jadi saya bisa menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk yang paling sempurna disbanding dengan mahluk Allah lainnya.2
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam surat Nuh 17
     
17. Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya
,Ash-Shaffat 11
                
11. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.
,Al-Mukminuun 12-13,
              
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Ar-Rum 20,
           
20. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
Ali Imran 59,
                
59. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, Kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), Maka jadilah Dia.
As-Sajdah 7-9,
                                     
7. Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
8. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
9. Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Al-Hijr 28,
            
28. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk,
Al-Hajj 5.
                                                                        
5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya kami Telah menjadikan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes mani, Kemudian dari segumpal darah, Kemudian dari segumpal daging yang Sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, Kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, Kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya Telah diketahuinya. dan kamu lihat bumi Ini kering, Kemudian apabila Telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi.
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet3.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu proses.
Manusia pada dasarnya sama dengan mahluk hidup lainnya, memiliki seperangkat hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuan-tujuanya dengan di dukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan antara keduanya terletak pada dimensi pengetahuian, kesadaran dan tingkat mereka inilah yang kelebihan, keunggulan serta membedakan dirinya – manusia dari semua mahluk hidup lain.4
Adapun dari sudut pandang al-Quran dan hadist-hadist ahlulbait yang maksum, tidak di ragukan lagi bahwa puncak kesempurnaan manusia adalah satu derajat dari sekian derajat wujudnya yang di namakan sebagai qurb IIahi(kedekatan diri di sisi tuhan). Dampak baik dan kesan mulai derajat ini akan tampak pada nikmat- nikmat yang abadi dan keridhaan lahi yang akan di jimpai di alam akhiat. Dan jalan utama nya adalah ibadah dan taqwa kepada Allah SWT didalam segenap urusan hidup indifidu dan social.5
C.Konsep Manusia Sempurna (Insan Kamil), Titik Temu Islam Dan Budaya
Titik temu anrtara islam dan budaya itu sama-sama mampu menjadikan manusia yang sempurna hanya saja manusia dalam konsep budaya manusia sempurna yaitu mahluk yang berfikir dan melakukan perbuatan,tapi kalau menurut islam manusia sempurna itu budaya manusia sempurna yaitu mahluk yang berfikir dan melakukan perbuatan dan didasari penghambaan kepada pencipta dengan khusuk bisa dikatakan sampai menyatu denganNYA
2.Karakteristik Manusia Sempurna ( Insan Kamil )
A. Karesistik Manusia Sempurna ( Insan Kamil ) dalam persepektip budaya.
Karakteristik manusia sempurna menurut persepektif budaya. Pada dasrnya manusia itu manusia yanag baerbudi dan berakal. Manusia memiliki kemampuan yang terbatas, kesadaran dan pengakuan atas keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan iri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri.
Berbicara tentang Manusia Sempurna dan karakteristiknya, maka harus pula membicarkan budaya, agama, tradisi, filsafat, dan segala pemikiran yang melingkupinya. Manusia Sempurna memiliki sebutan yang berbeda, seperti Wakil Tuhan, Jivan Mukti, Filosof, Manusia Agung, Maha Guru, Manusia Luar Biasa, Manusia Super, namun semua sebutan tersebut mempunyai muara yang sama.
Dalam agama Yahudi, Adam adalah Manusia Sempurna, karena Tuhan menciptakan Adam sesuai dengan bentuk “wajah-Nya”. Dalam agama Kristen, Yesus adalah Manusia Sempurna, karena ia anak Allah yang telah mengorbankan diri demi mensucikan manusia dari dosa. Menurut Perjanjian Baru Alam ini diciptakan untuk dia. Dalam agama Zoroaster Manusia yang Sempurna adalah “Shushiant” yaitu orang yang bermanfaat yang mampu mengeluarkan manusia dari kelalaian dan kejahatan. “Shushiant akbar” akan muncul pada akhir melenium dunia (tahun 12.000).6
Menurut Plato, Manusia Sempurna adalah manusia yang yang lebih mencintai ‘kebijaksanaan” meskipun dia sendiri tidak bijaksana, karena kebijaksanaan merupakan idea kebenaran, dan kebenaran adalah Tuhan. Manusia Sempurna dalam Islam adalah Manusia yang terkarakterkan dalam al-Quran, dalam Islam yang lebih fokus membahas tentang Manusia Sempurana adalah aliran tasawuf, jadi dalam persepsi tasawuf Manusia sempurna adalah para Sufi.
Sang Manusia Sempurna menurut Prof. Dr. Mulyadi Kartanegara adalah sosok manusia ideal, bukan hanya sebagai makhluk fisik, tetapi juga makhluk spiritual yang mempunyai kedudukan yang sangat istimewa dalam kosmos, ia tidak hanya terkait dengan dunia fisik semata namun juga dengan dunia “spiritual”, ia merupakan intisari kosmos karena ia dipandang sebagai “mikrokosmos” yang telah dijadikan sebab fundamental penciptaan alam.
Di sini Mulyadi mencoba memahami bahawa segala apapun yang ada di alam ini yang telah diciptakan oleh Tuhan diperuntukkan bagi kemaslahatan manusia, karena manusia adalah khalifah atau dan kekasih Tuhan.ia adalah satu-satunya wakil dari Sang Pencipta yang diberi tugas luhur untuk mengejawentahkan segala kehendak-Nya. Ia adalah wakal raja di Raja, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Menurut pandangan Mulyadi Sang manusia sempurna adalah manusia yang mampu mengemban tugas Tuhan menjaga keseimbangan alam kosmos ini, menjaga bumi ini dari kerusakan .
“Siapakah yang layak disebut Sang Manusia Sempurna pada era yang serba sulit ini, ketika moral telah mengalami deklinasi, ketika alam enggan bersahabat lagi ?”.
Karekeristik Manusia Sempurna menurut Mulla Shadra (1517-) adalah;
1. Kekuasaan untuk menghasilkan sesuatu di dunia eskternal. Apapun yang diimajinasikan dalam pikirannya maka hal itu akan terwujud sesui kehendaknya tanpa memerlukan adanya persiapan, kondisi dan waktu. Meskipun ia berada di dunia materi namun ia terlepas dari hukum materi, karena ia sesungguhnya berada di “maqam” surga.
2. Manusia sempurana adalah ia yang telah ditransformasikan aspek batinnya melalui manifestasi Tuhan, ia keluar dari kuburan fisik materialnya dan telah mati dari kehidupan duniawinya. Ia dapat melihat yang orang lain tidak dapat melihatnya.
3. Manusia sempurna adalah mereka yang mampu mengenal hakikat sejati Tuhan dalam sejumlah manifestasi-Nya yang mereka sembah.
4. Ia adalah yang mampu mengemban “amanah” Tuhan, Nur Illahi dan sifat-sifat hakikat Tuhan (Q.S. 33:72). Ia dapat mengaktualisasikan amanah tersebut.
5. Manusia Sempurna harus memutuskan seluruh sifat duniawinya dan menghilangkan rasa cinta pada alam materi demi mencapai kesucian hati.
Dari seluruh karakteristik Manusia Sempurna yang dipaparkan oleh Mulla Shadra ternyata unsur mistik7


B.Karesistik Manusia Sempurna ( Insan Kamil ) dalam persepektip islam.
Artinya adalah manusia sempurna, berasal dari kata al-insan yang berarti manusia dan al-kamil yang berarti sempurna. Konsepsi filosofid ini pertama kali muncul dari gagasan tokoh sufi Ibnu Arabi. Oleh Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428), pengikutnya, gagasan ini dikembangkan menjadi bagian dari renungan mistis yang bercorak tasawuf filosofis.
Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad (al-haqiqah al-Muhammad) yang demikian tidak semata-mata dipahami dalam pengertian Muhammad SAW asebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.
Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad oleh kalangan sufi, disamping terdapat dalam diri Muhammad juga dipancarkan Allah SWT ke dalam diri Nabi Adam AS. Al-Jili dengan karya monumentalnya yang berjudul al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah al-Awakir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Konsep Pengetahuan tentang Misteri yang Pertama dan yang Terakhir) mengawali pembicaraannya dengan mengidentifikasikan insan kamil dengan dua pengertian. Pertama, insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengenai manusia yang sempurna. Dalam pengertian demikian, insan kamil terkail dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak, yaitu Tuhan. Yang Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni yang baik dan sempurna.
Sifat sempurna inilah yang patut ditiru oleh manusia. Seseorang yang makin memiripkan diri pada sifat sempurna dari Yang Mutlak tersebut, maka makin sempurnalah dirinya. Kedua, insan kamil terkait dengan jati diri yang mengidealkan kesatuan nama serta sifat-sifat Tuhan ke dalam hakikat atau esensi dirinya. Dalam pengertian ini, nama esensial dan sifat-sifat Ilahi tersebut pada dasarnya juga menjadi milik manusia sempurna oleh adanya hak fundamental, yaitu sebagai suatu keniscayaan yang inheren dalam esensi dirinya. Hal itu dinyatakan dalam ungkapan yang sering terdengar, yaitu Tuhan berfungsi sebagai cermin bagi manusia dan manusia menjadi cermin bagi Tuhanuntuk melihat diri-Nya.
manusia dapat mencapai jati diri yang sempurna melalui latihan rohani dan mendakian mistik, bersamaan dengan turunnya Yang Mutlak ke dalam manusia melalui berbagai tingkat. Latihan rohani ini diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama dan sifat-sifat Tuhan, dan mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta mendapat kekuasaan yang luar biasa.
Pada tingkat ketiga, ia melintasi daerah nama serta sifat Tuhan, masuk ke dalam suasana hakikat mutlak, dan kemudian menjadi “manusia Tuhan” atau insan kamil. Matanya menjadi mata Tuhan, kata-katanya menjadi kata-kata Tuhan, dan hidupnya menjadi hidup Tuhan (nur Muhammad). Muhammad Iqbal tidak setuju dengan teori para sufi seperti pemikiran al-Jili ini. Menurut dia, hal ini membunuh individualitas dan melemahkan jiwa. Iqbal memang memandang dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai insan kamil, tetapi tanpa penafsiran secara mistik.
atu juga bsa di sebut sang mukmin, yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya yang tertinggi tergambar dalam akhlak Nabi SAW. Insan kamil bagi Iqbal adalah sang mukmin yang merupakan makhluk moralis, yang dianugerahi kemampuan rohani dan agamawi. Untuk menumbuhkan kekuatan dalam dirinya, sang mukmin senantiasa meresapi dan menghayati akhlak Ilahi. Sang mukmin menjadi tuan terhjadap nasibnya sendiri dan secara tahap demi tahap mencapai kesempurnaan. Iqbal melihat, insan kamil dicapai melalui beberapa proses. Pertama, ketaatan pada hukum; kedua penguasaan diri sebagai bentuk tertinggi kesadaran diri tentang pribadi; dan ketiga kekhalifahan Ilahi.



C.Karesistik Manusia Sempurna ( Insan Kamil ) Islam Versus Manusia Berbudaya
Karakteristik manusia sempurna islam versus manusia sempurna dalam konsep budaya tetap ada bedanya miskipun kedua manusia tersebut di golongkan manusia sempurna.dalam konsep budaya yaitu manusia yang dengan akalnya ia dapat memperoleh sebuah karya yang mutu sehingga dapat di gum\nakan manusia hingga sekarangini seperti karya tomas a;fa edition yangmampu menggunakan akalnya sehingga ia dapat membuat lampu pijar yang dapat menyinari belahan dunia kita sekarang ini Namun golongn manusia sempurna di dalam konsep budaya ini hanya sebatas keduniaan saja dan bahwasannya manusia itu bukan di ciptakan hanya di dunia saja melainkan di ciptakan pula di alam yang berbeda contohnya saja surge. Tapi konsep manusia dalam persepektif islam beda karena manusia sempurna dalam islam yaitu manusia yang menggunaan akal pikiran . manusia dapat mencapai jati diri yang sempurna melalui latihan rohani dan mendakian mistik, bersamaan dengan turunnya Yang Mutlak ke dalam manusia melalui berbagai tingkat. Latihan rohani ini diawali dengan manusia bermeditasi tentang nama dan sifat-sifat Tuhan, dan mulai mengambil bagian dalam sifat-sifat Illahi serta mendapat kekuasaan yang luar biasa.juga dalam penghambaan manusiakepada sang pencipta tidak di lupakannya. Keunggulam manusia sempurna antar a islam dengan budaya yaitu tidak di tinggalkan nya siapa pencipta dirinya yaitu manisia sempurna persepektif islam. .

3.Kiat-Kiat Melahirkan Insan Kamil
a.Profil Insan Kamil Dalam Lintas Sejarah
Profil Singkat Imam Hasan Al-Askari a.s.
Imam Hasan Al-Askari a.s. adalah putra Imam Hadi a.s. Ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 24 Rabi'ul Awal atau 8 Rabi'uts Tsani 232 H. Ibunya bernama Susan. Menurut sebagian para ahli sejarah,namanya adalah Saliil atau Hudaits.
Setelah ayahnya syahid, ia mulai memegang tampuk imamah pada usia 22 tahun.
Imam Askari a.s. sebagaimana ayahnya Imam Hadi a.s. terpaksa harus berdomisili di Samirra` atas paksaan yang dilakukan oleh Mutawakil. Dengan rencananya ini, Mutawakil ingin selalu memonitor gerak-gerik Imam a.s. sehingga diharapkan ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan pemerintah.
Pada masa keimamahan Imam Askari a.s., ada seorang filosof berkebangsaan Irak yang bernama Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak yang menulis buku tentang kontradiksi ayat-ayat Al Quran. Imam Askari a.s. melalui salah seorang muridnya mengadakan kontak dengannya dan ia berhasil menyadarkannya akan kekeliruan yang telah diperbuatnya.
Ia syahid karena teror yang dilakukan oleh Mu'tamid Al-Abasi pada tanggal 8 Rabi'ul Awal dalam usianya yang ke-28 tahun.
b.Metode Melahirkan Manusia Yang Berkarakter Insan Kamil
1.Pengetahuan Diri
Tingkat pengetahuan kita terhadap diri sendiri mencakup kelemahan, keterbatasan, karakteristik, dan motivasi
2 Pengendalian Diri.
Kemampuan untuk membimbing dan mentradensikan dorongan-dorongan nafsu

3. Pengetahuan Yang Obyektif.
Pengetahuan yg berkesesuaian baik dengan kebutuhan praktis maupun realitas obyektif yang dapat diketahui melalui hati yg sadar dan suci.
4.Pengetahuan Batin
Kemampuan untuk mengakses bimbingan dan makna dari dalam batin sendiri.
5 . Hadir.
Kemampuan untuk tetap dalam kondisi khusuk, yakni secara sadar merasakan pengalaman.
6. Cinta Tanpa Pamrih.
Mencintai Tuhan dan ciptaanNya tanpa motif kepentingan pribadi.
7. Meningkatkan Perspektif Ilahiah.
Kemampuan untuk selalu melihat kejadian2 dan manusia dari perspektif tertinggi cinta dan tauhid dan tidak terperosok ke dalam penilaian dan pendapat yang egois.
8. Intim Dengan Tuhan
Menyadari hubungan dengan sumber Ilahi yaitu penghambaan seorang manusia yang tiada hentinya kepada sang kholik yang mana membuat manusia tersebut bias di katakana menyatu dengan kholik itu sendiri karena kedekatan insane khamil itu.8
c.Tahap-Tahap Melahirkan Insan Kamil Melalui Proses Pendidikan
Tahap-tahap melahirkan insan ilahi melalui jalur pendidikan menurut pandangan penulis. Menurut pandangan penulis cara melahirkan insane ilahi dalam jalur pendidikan yaitu yang saya perhatikan seperti di madinatul ilmi ini sendiri jadi gak jadinya insan ilahi dalam proses pembelajaran tergantung siswa itu sendiri namun bias dilihat cara pembelajaran di madinatul ilmi memang mencetuskan cara menjadi insane yang dempurna yaitu di kembangkannya ilmu agama dan filsarat yang encar diajarkan di madinatul ilmi. Di stu terdapat tahapan tahapan menjadi insane yang sempurna 1. Pendidikan agama yang di tonjolkan supaya penghambaan seorang siswa terhadap tuhan semakin mendekat. 2. Pengembangan ilmu filsafat yang membuat siswa mampu menggunakan akalnya denga benar dan melakukan sesuatu itu difikirkan terlebih dahulu sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti salah faham.



KESIMPULAN:
Dari segala uraian diatas maka dapat dikatakan manusia adalah merupakan makhluk individual sekaligus sebagai makhluk sosial, Sebagai makhluk sosial dalam upaya pencapaian kebutuhannya manusia harus berhadapan dengan manusia lain yang juga mempunyai kepentingan untuk memenuhi kebutuhan individualnya, sehingga kerap terjadi suatu konflik kepentingan antara manusia, sebagai jalan tengah akhirnya dimunculkan suatu nilai bersama yang disebut dengan etika bersama. Etika bersama inilah yang kemudian secara turun temurun menjadi suatu norma bersama dan akhirnya berkembang menjadi budaya.
Dalam bahasa latin budaya (colore) diartikan mengelola tanah yaitu segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya atau dapat pula diartikan sebagai usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungan. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola prilaku yang disebarkan secara sosial, dan akhirnya menjadi kekhususan kelompok sosial tertentu.
Setiap kebudayaan berakar pada sudut pandang serta pola penyikapan kelompok sosial tertentu terhadap apa yang dibutuhkannya. Itu semua tak terlepas pada kondisi alam lingkungannya, sehingga  terjadilah perbadaan antara sudut pandang timur dan sudut pandang barat. Alam lingkungan yang subur menghasilkan berbagai kekayaan hayati dan non hayati yang menyediakan pemenuhan atas kebutuhan fiilnya telah membentuk budaya timur menjadi budaya yang berpola tidak kompetitif, kurang kreatif dan cenderung kooperatif. Sedangkan alam yang tidak subur akan menghasilkan  budaya yang kreatif dalam mencari pemecahan konflik pemenuhan kepuasan fiil, dan cenderung bersaing secara individualistik.
Tetapi seiring dengan makin berkembangnya permasalahan yang harus dihadapi manusia, seperti makin banyaknya populasi manusia, makin berkurangnya sumber daya alam, dan makin menguatnya persaingan atas keinginan manusia individualistik untuk bisa memenuhi kebutuhannya, terjadilah perkembangan kebudayaan yang berakibat adanya penyerapan budaya yang satu dengan yang lain sebagai side effect dari usaha pencarian sumber daya alam, maka munculah proses pergeseran kebudayaan diakibatkan perubahan pandangan moral maupun etika dalam suatu masyarakat tertentu.
Proses itu bisa berupa pertukaran ilmu pengetahuan, pertukaran sumber alam, pendidikan, informasi dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi polemik yang berkepanjangan antara sudut pandang timur dengan sudut pandang barat, tentang pemberian makna dan nilai pada suatu permasalahan yang ada. Seiring dengan polemik yang terjadi itulah muncul sintesa dari dialektika timur versus barat yaitu internasionalisme.
Dalam kategori insane sebagai sejenis makhluk, bolehlah dijelaskan bahawa pada aras tersebut, sebagaimana terungkap dalam pandangan Ibn Arabi, insane merupakan jenis makhluk yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk cipaan lain.
kedudukan insane berupaya mengatasi ketinggian malaikat walaupun mereka senantiasa beribadah kepada Allah semata-mata. Makna didapati tersirat di dalam alamat ayat iaitu surah al-Baqarah ayat 30-33
                                              
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
. Apabila dikatakan beribadah kepada Allah, ia bermaksud mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi ketuhanan dalam maksud yang sesuai bagi nilai kehambaan.
SARAN-SARAN
Assalamu’allaikum wr. wb.
Harusnya STAIMI ini, pendiikan tentang insan kamil di tonjolkan supaya akhlak yang di miliki mahasiswa MI menjadi lebih bagus.hanya itu yang bisa saya tuturkan lewat kertas putih ini. Saran dari ustad lah yang saya tunggu supaya apa yang saya ungkapkan ini bisa teraktualisasi. Saran- saran ustad selalu saya nanti supaya saya lebih tau kesalahan yang di sengaja maupun yang tak di sengaja.atas perhatianya trerimakasih
Wassalamu’alaikum wr. wb.


DAFTAR PUSTAKA
Imam Khomeini, Insan Ilahiah, penerbit pustaka Zahra,Jakarta 2004
Yazdi, M.T. Misbah. Iman Semesta, Penerbit Al –Huda jakarta 2005
Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji, Ilmu Budaya Dasar, Penerbit Gunadarma, JakartaHamersma,
Harry, Dr, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2001
Dimensi bekerja dan berfikir manusia sepanjang hayatnya, Nusantara Consulting, Jakarta, 2005
Santoso, R Slamet Iman, Prof, Sejarah Perkembangan Ilmu Penegtahuan, PT Sastra Hudaya

0 komentar:

Posting Komentar

wilujeng sumping di blog abdi

slide PhoTo

photo

photo